Cinta bagaimanapun tetap cinta. Cinta antara aku dan dia, ya cinta
yang hanya milik kami. Mengapa harus kau campuri? Cinta bagaimanapun itu adalah
tentang mengasihi. Membawa nama tuhan sebagai saksi. Bukan aku tak mengerti?
Sudah lebih aku pahami. Lalu mengurai kalimat dari kata dan mencibir diri. Apa
sudah mawas diri ??
Jika aku bergulat dalam dosa pun itu dosa milikku. Apa kau hendak
memikul punyaku? Jika punyamu saja tak dapat terpikul. Apa kau sudah merasa
benar? Ingin melampaui Tuhan kah? Ini tentangku. Tentang kisah cinta yang tak
dapat ku rangkai karena berselimut kelabu. Gelap karena kau selalu berusaha
ingin tahu dan aku jadi membenci itu.
Berbeda
Ya, aku mencinta berbeda cara. Berbeda karena kau tak terbiasa
melihat aku mencinta. Tapi biasa bagi mereka yang mengerti. Bukan sekedar
memahami. Cinta dan agama terkadang punya dinding yang berbenturan. Sama-sama
keras tak ada yang mengalah. Namun agama bukan bagian ku untuk menilai. Meski
aku berhak bersuara ketika cinta menggema di dada.
Kenapa kau jadi mengerutkan dahi? Ketika ku pinta kau mengurai apa
itu cinta mengapa kau tak dapat merangkai? Ini tentangku sekali lagi berkeras.
Ini tentangku yang merangkul diam untuk mencinta. Ini certa milikku yang
terbungkus rahasia. Karena manusia selalu punya cara mencaci sesama. Karena
manusia punya muslihat untuk berkata. Tidak.
0 comments:
Post a Comment