Aku Hanya Lari

by 13:26 1 comments
Aku bukan sedang menyebrangi arus. Aku hanya lari. Lari dari ruang kenyataan yang menyakitkan ini. Berusaha melepas senyum yang selama ini aku tutupi. Yang selama ini aku rahasiakan dengan diam. Dibawah ruang beratap yang kau sebut rumah ini. Rumah yang didalamnya hanya berisi benci. Neraka bagiku.

Kau hanya akan menilai aku hina, yang mencinta berbeda. Tapi sesungguhnya kaulah yang memaksa aku berjalan mundur. Menjauhimu. Kaulah yang tiada henti menghujam belati di jantung ini. Membuat luka meradang, bernanah. Dan kaulah yang menggores luka didirimu. Yang menuntut begitu banyak dari ketidak mampuanku. Bukan karena aku.

Aku yang diam ini hanya terus terbonekakan oleh benang-benang kuasamu. Kuasa yang kau sebut keadilan. Kuasa yang berakhirnya mimpiku. Jalan ini memang salah ku tempuh. Tapi yang salah itu begitu mampu menjadi candu bagiku. Bagiku yang buta akan kebahagiaan – meski sesaat. Lalu jalan mana yang akan aku pilih?


Ketika kenyataan telah tersaji begitu memberi arti. Kerena aku tidak sedang menggertakmu dengan ini. Kau yang tak mampu mendengar suara hati. Kupaksa melihat bukti. Dari ego yang telah mengoyak nurani. Aku yang tidak pernah meminta darimu ini. Seketika mengemis memohon. Hanya agar kau mau mengabulkan pintaku. Yang tergila oleh lembaran putih berlukisan alfabet dungu.

Aku disini menggema digendang telingamu. Yang telah tuli dengan bisik-bisik hati. Karena tak ada lagi jiwa yang bersarang diragawi. Aku hanya ingin kau sedikit melonggarkan benang kebebasan untukku. Untukku yang kini terkesan durhaka karena ilmu. Karena cukup kau pasung aku dengan kehendakmu. Karena cukup sudah kau rajam aku dengan maumu.

Lalu apa tikdakmu Ibu? Ketika semua telah meluap. Memuntahkan keinginan dalam bentuk benci. Dalam balutan sakit hati yang semakin teracuni kini. Masih kah kau hendak memperparah keadaan ini dengan mereda sesaat. Lalu mencekik aku dengan kuasamu? Dengan segala tandukmu yang hanya menjadikan aku brutal. Tak terkendali. Kebebasan yang antara kau dan aku tak ingini. Tapi tercipta dari lakumu yang menggeliat memaksa aku.


Maka kau akan melihat gelap ditengah terik mentari. Dan pelangi yang akan selalu berwarna sama. Kelabu. Karena jelas aku akan memilih mati. Dari pada kau paksa aku hidup tanpa mimpi. Hidup tanpa harapan untuk merasa hidup. Dan aku akan jauh memilih jalan kelam yang terlihat bersinar dimataku. Jalan yang karena kaulah aku memusuhimu.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

1 comment:

  1. Lumayan ada bahan bacaan, salam blogwalking

    jangan lupa folbek gan

    ReplyDelete