Aku Juga Seorang Istri

by 06:10 0 comments
Bagaimanapun aku tetap seorang istri. Aku tetap makmum seorang suami. Hanya tak kau ijab kabuli aku secara resmi. Tak pula kau pernah pinang aku selayaknya permaisuri. Aku tetap seorang istri yang  mencintai dengan hati. Dan aku juga seorang istri yang ingin mendapatkan sakinah. Ketengan hati yang bukan tak ingin kau bagi. Melainkan sebuah keadaan dimana kita telah sama-sama tahu tentang diri. Bahwa kita hanya mendustai hati dengan ucapan manis. Karena nyatanya ikatan kita dipeluk oleh benteng penghalang. Sosial atau kodrat yang terus dielu-elukan.

Meski tak dapat dipungkiri ini bukan cinta yang suci. Meski tetap sakinah yang dicari. Dan sakinah tak akan mungkin terjadi jika hanya antara kau dan aku yang meyakini. Jika yang lain terus saja tak akan mampu meridhai. Jika pun berakhir dengan mengikhlaskan maka ini akan jadi perjalanan yang panjang. Tak akan mungkin terarungi dengan deburan yang tenang.

Lalu bagaimana? Meneruskan diri dengan kebimbangan yang menanti? Melanjutkan dan memilih mengarungi atau terombang – ambing tentang diri. Aku pun tak dapat memilih. Tapi aku juga ingin mendapatkan sakinah. Karena setiap istri berhak mendapatkannya. Karena seorang istri entah baagimanapun itu adalah seorang istri.

Walau tak dapat dipungkiri kau acap kali memberiku mawaddah dan warohmah. Namun apakah tak mengapa, aku mendapatkan mawaddah dan warohmah lebih dini? Kasih dan sayang yang tak dapat ku ragukan lagi. Rasa yang sanggup membuatku merasa tenang sejenak. Tak bisa berlama-lama karena bayang kerap saja membuntuti. Tak boleh kah aku menjadi istri yang sempurna lewat sakinah?

Aku masih kerap menengadahkan tangan disepertiga malam. Atau terisak dalam hati meminta berselimut doa. Tentang sebuah cinta yang hanya dapat berakhir diam diantara kita. Dan masih meminta kesempuranaan dalam jiwa. Entah mengapa aku masih berkeras agar cinta ini dihalalkan untukku. Entah bagaimana bisa aku meminta Tuhan membuat pengecualian untukku.

Sakinah sepertinya memang bukan untukku. Bahkan jika mereka memberikannya maka itu tak lebih dari sekedar lisan. Maka biarlah aku tak sempurna sebagai istri. Biarlah. Biarlah aku cukup berpuas diri dengan mawaddah dan warrohmah yang kau beri. Karena aku seorang istri dan seorang lelaki.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment