Harusnya tak ku alihkan
pandanganku dari gerakmu. Mestinya tak ku acuhkan nurani tentangmu. Aku tahu,
kau sama seperti mereka yang tak sanggup dengan dualisme. Mencoba mengerti,
tapi mencibir dalam hati. Bukan aku tak sadar, tapi kau berubah. Sejak ku ungkap
sisi lain yang juga mengisi separuh raga yang bernyawa.
Kau berusaha lari, dari
arti pembenaran diri. Katakan saja bila kau memang tak sepaham! Jangan menjadi duri diakhir nanti, karena
hanya akan menabah perih. Ini mungkin salahku, atau limpah kan saja semua salah
kepada ku. Karena aku memaksamu mengerti, meski kau tak akan pernah bisa
mengerti.
Seret aku bagai manusia
jalang, lalu tinggalkan aku diujung jalan. Biarkan aku meratapi kesendirian,
daripada bersama binatang sepertimu. Kau yang tak dapat melegitimasi jangan
coba menebar simpati. Karena belang tak dapat lagi kau tutupi.
Bunuh aku! Bunuh saja
aku yang kerap berusaha memaki demi pengakuan atas diri. Lalu arak jasadku
berkeliling agar semua mengetahui. Tebarkan saja wabah kebencian kepada mereka
yang belum memahami. Racuni dengan dustamu. Lalu biarkan racunmu mengalir
bersama darahnya.
Tapi sekalipun jangan
kau injak kuburku atau kau kencingi selimut tanahku. Sekalipun jangan! Biar aku
sedikit damai, berteman kebencian dan penderitaan dalam kalbu. Agar iblis dapat
mendengar doaku, untuk balaskan dendamku kepadamu.
Devdan Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment