Rasanya bagaikan menyiramkan cuka pada luka, pedih
terasa. Melihatmu bahagia membuat luka meradang. Bukan aku tak senang kau
bahagia, namun bahagiamu mengikis bahagiaku. Tawamu menjadi tawa bercampur
lirih dihatiku. Senyummu seakan mengalihkan dukamu kepadaku.
Aku sadar. Aku hanya bayang yang tercipta dari
ingatan masa lalu yang mungkin kau anggap kelabu. Tapi hati ini terus saja
merindu mencintamu, yang menyimpannya untuk sekedar kau tahu. Cinta ini seakan
menjadi candu walau hati mengharu, menyudut dikesendirian
Mengapa aku percaya kepada punjangga yang bersyair
tentang indahnya cinta? Mengapa kudengar bisik penyair kala hati terus merana.
Tidak akan ada kata indah pada waktunya, tidak akan ada cerita yang berakhir bahagia.
Aku hanya lelaki bodoh yang percaya pada cinta pertama, yang coba wujudkan
mimpi akan indahnya cinta.
Dari tetes air mata yang tak lagi dapat kusapu, ku
merunduk tertipu ...
Devdan Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment