Luka masih sama, masih
menebar bau nanah. Dan aku masih saja, membenci derita di dada. Kali ini bukan
puisi, bukan juga deret kalimat tanpa arti. Hanya aku yang sedang bicara, untuk
kau dengar. Karena aku memang ingin kau dengar.
Aku tak ingin benar-benar
mati, hanya berharap hari berganti esok pagi. Aku tak ingin benar-benar mati,
hanya nadi yang lelah dengan belati. Aku sungguh tak ingin benar-benar mati,
hanya jiwa yang coba mencari jalan untuk lari.
Dan aku telah lelah
berpura-pura terlihat mati, tetap saja tak dapat mengurai simpati. Aku lelah
membuat Tuhan bersalah, atas salah yang juga tak ku perbuat. Aku lelah! Aku
bilang aku telah lelah! Kau bisa mengeja setiap hurufnya, mengartikan apa yang
tersebunyi didalamnya.
Hanya saja kau tak
pernah mau tahu, untuk apa aku bersuara. Senja tak lagi sama, tak mengurai
warna jingga. Hanya kelabu menghiasi warna, berharap kan berganti. Namun esok
masih saja sama, meminta agar cepat diakhiri. Dan raga hanya jadi pemuas jiwa,
dari jasad yang juga tak diizinkan lekas berpulang kembali.
Devdan Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment