Aku
gagal untuk sekedar melukiskan asa. Aku gagal, pada kesempatan terakhir
mengukir kisah. Dan cahaya harapan yang kukira, hanyalah butiran-butiran mimpi
belaka. Tapi mungkin aku berhasil, menjadi seperti apa yang orang tuaku mau. Ia
yang telah mempersiapkan aku untuk gagal. Lalu kini aku ada untuk mewujudkan
harapan mereka.
Aku
terlebenggu kembali bersama kebencian. Merantai hati yang penuh ambisi, tapi
tertatih berdiri. Terimakasih, atas luka yang berasa perih ini. Terimakasih
jika hanya dengan cara ini, kau izin aku membanggakanmu. Meski ku tahu, lelah
dipundakmu itu selalu saja aku bebani. Tapi jika ini adalah jalan yang kau
kehendaki untuk aku susuri. Maka akan aku lalui, hanya untuk sekedar
memerdekanmu di surga nanti.
Wahai
Tuhan, sungguh berat aku terima semua ini. Menghancurkan segenap mimpi, dan
segenggam tautan emosi dengan hanya tangan ini. Andai air mata masih menyisa
diujung kelopak mata yang lelah. Biarkan aku menggantinya dengan cucuran darah.
Jika raga ini masih kau biarkan bernyawa, izinkan aku menukarnya dengan
kamatian saja.
Karena
aku sungguh lelah! Lelah menjadi boneka. Meski ini demi mereka, meski kulakukan
semua ini atas titah mereka. Tapi raga ini punya jiwa, yang meronta amarah. Aku
takut tak bisa selamanya hancur, seperti impian mereka. Sungguh aku ikhlaskan
diriku Tuhan, jika engkau kirim aku keujung neraka. Tapi jangan sekalipun!
Sekalipun jangan, kau biarkan mereka mencium selain bau nirwana.
0 comments:
Post a Comment