Habis. Hilang tak terjejak, menapaki semilir angin sore dibulan Oktober.
Membawaku pada ketiadaan – gelisah. Jari ini tak akan mungkin lagi dapat
memutus rindu merajut setiap kalimat. Dari kata demi kata yang berserakan di
gudang alfabet milikku. Ilusi. Mengaburkan pandanganku dengan genangan air yang
tertahan. Meski setiap barisnya tak tersusun sempurna. Berantakan. Namun
mewarnai setiap jiwa yang terselip didalamnya.
Kemana kan ku cari? Denyut-denyut kehidupan bagiku itu. Cukup! Tak
ingin lagi aku tersumpal dalam diam, terus meratapi dan menyesali. Tertatih
mencari. Hingga jingga ditimur mulai meronai hari. Akhirnya kutemui – apa yang
kucari. Huruf-huruf nan lesu terkubur bersama butiran kelabu.
Kupungut setiap bagiannya, bak seorang yang baru menemukan oasis
ditengah padang gurun. Memang. Serakah meyusup kedalam sendi. Tak ingin ia
kembali hilang, entah kemana pergi. Aku hanya ingin kembali merakit rasa lewat
sebait diksi. Meski kau akan berlalu pergi, tapi ini kurangkai jadi fiksi agar
kau memahami. Tentang bibir yang gemetar mengutarakan hati. Memandang tersipu
mengakui. Bahwa hati ini masih tetap merindu memujamu.
0 comments:
Post a Comment