Sebagaimana aku mencoba menepis kata yang terucap. Berbaur bersama
dusta bahasa. Aku tak akan bisa sejengkal pun berbantah. Bahwa kau memang
indah, kau cantik lahiriah. Tatapan itu memaku aku, pada bola mata yang
mengisyaratkan arti cinta.
Bibir merah merona itu, seperti tertahan. Mengungkap
kepingan-kepingan kata dari mulutmu. Bahwa aku juga menyukaimu. Tapi seketika
itupula, ku lari kan jauh pandangan yang mulai terbiasa akanmu.
Aku teringat. Kau itu simbol keindahan dan elokan. Dan setiap mata
dapat dengan mudah menikmati. Tapi kau bukan untuk dicicipi. Bagai tester
digerai-gerai bazar makanan. Kau layak dicintai, bukan sekedar demi memuas
diri.
Cukup kutahan rasa, sebelum rasa itu menduduki. Karena atas nama
yang pencipta. Aku ingin mempersuntingmu menjadi yang halal untukku. Engkau
gadis cantik karya terindah Tuhan untukku.
0 comments:
Post a Comment