Kalimat itu bertahun mengganggu aku. Tercipta dari rasa enggan
terdalam. Dari rasa takut yang menupuk. Berlebih. Namun tak terngiang ditelinga
ini. Hanya menggema tepat dihatiku. Perlahan mengusik, bising aku. Keluar. Dari
tempat yang tak seharusnya. Kuredam pun tak tahu bagaimana. Terus menguat,
menjerit semakin kencang.
Serasa tak sanggup. Melekat begitu nyaman dihatiku. Bersenandung
bersama jutaan gelisah yang lain. Aku hanya ingin nyaman merasa. Mencinta.
Sekejap saja terpejam. Merindu. Tapi kalimat itu membangunkan aku. Tak tenang
hidupku.
“Akan tiba hari kau memilih Imam untukmu, tapi bagaimana jika itu
bukan aku?”
–Devdan Dewa
–Devdan Dewa
Yang menghantui aku sekian lama. Terlebih aku hanya seorang lelaki
yang mencintai dengan beragam gelagat aneh. Meski tulus. Dan menunggu hanyalah
satu-satunya caraku mencinta. Dirimu. Meski jelas tak akan ada jaminan disetiap
langkahku. Yang hanya berbaur dengan luka. Karena dengan berlagak gagah mengaku
kuat.
Padahal jemari terus saja menyeka tangis. Cengeng. Mau bagaimana
lagi? Jika kau tidak menempatkan aku disudut usang diotakmu. Aku pun tidak akan
memilih cara ini. Terlebih kau anggap aku tak ada. Keberadaan yang seperti
angin. Menyedihkan.
Menyalahkanmu atas segala daya? Percuma. Karena ini hanyalah hati
yang begitu bersungguh mencintaimu. Dan hanya aku yang terlalu percaya pada
kata hati. Memperjuangkan cinta hingga akhir nanti. Menyadarkan hati dan logikamu
bahwa aku adalah imam terbaik untukmu.
Uhuk
ReplyDeleteBatuk bu haji..
DeleteKeren..
ReplyDeleteyup makasih yah komentarnya.
Deleteterimakasih juga sudah sudi berkunjung.
Eheeem :D
ReplyDeleteiya kenapa ya ??
ReplyDeletehehehe