Kata demi kata melantun lembut bersama dawai jiwa – ketika cinta
kau rasa. Benalu rindu rasanya pun tak mampu menghantam pilu hati. Dibalik
rusukmu yang rapuh. Hanya senyum yang cukup jelas lukiskan bibir itu. Dan
tangis. Hanya sekejap, seakan meluruhkan amarah sesaat.
Merah, biru, hijau, jingga. Sekejap menjadi mengabu ketika
penghianatan meruntuhkan perisai hati. Menghujam jantung yang tak berdetak.
Sesak. Melepas separuh jiwa, mengkotak dalam kesedihan. Menyesalkah engkau?
Terbius dalam linangan memori yang menenggelamkanmu. Lebih dalam. Lebih dalam,
hingga jerit terdengar hampa. Tapi bukan tak bersuara.
Kembali tumpah dalam bulir air mata. Dan menjadi buta. Akan seseorang
yang kau anggap tak ada. Benarkah? Memaksamu untuk kembali menghirup kehidupan.
Mengeluarkan setiap racun yang menjalar bersama kehampaan. Siapa? Aku. Yang
berdiri mengulurkan tangan diantara gelap. Aku. Yang meski tak mampu tetap
mengayuh riuh mencintamu.
Dan aku. Yang selalu berbisik dilelap tidurmu. Menukar setiap inchi
sukaku jadi bahagiamu. Meski kau tak tahu. Dan kini laramu menjelma menjadi
dukaku. Melihat raga tanpa jiwa didirimu. Buka matamu! Buka! Disini didepanmu.
Mencoba sekali lagi mengetuk pintu hatimu. Lelaki yang mencintaimu dari
ketiadaan.
Lelaki yang menikmati sisi tergelap dirimu. Masih kah kenangan
pahit itu mengaburkan pandanganmu? Hingga dunia tak akan kembali terlukiskan
warna. Aku disini. Menatap lebih dalam rasa sakit yang merumah didadamu. Aku
disini. Berharap dapat menjadi pereda nyeri. Aku disini. Mencintaimu.
kereeen :D
ReplyDeletengena banget, ndra..
dari sisi mananya +Lintang Kasya Renata ??
ReplyDeleteSemoga dapat mencapai harapannya ya ketika membaca tulisan ini.
makasih juga untuk komentar positifnya
aku suka emosi kata yang kamu utarakan.. dibuka dan diakhiri dengan lembut..
ReplyDeletenamun pada tengahnya mengisyaratkan arti yang begitu dalam..
lanjutkan ya...
Makasih yaa. Terus membaca.
ReplyDeleteSemoga ini adalah masukan yang positif untuk jadi yang lebih baik