Entah mengapa kau selalu menjadi jalanku untuk pulang. Meski aku
telah menyebrangi arus. Meski aku berusaha pergi dari rasa lelah dihatiku. Tapi
kau selalu menjadi cahaya dalam gelap. Menjadi mata untuk melihat dunia. Dunia
kelam yang kurasa dapat menjadi candu. Kelam yang setidaknya dapat mengaburkan
pandangan dari dilemaku. Amarah akan orang tuaku.
Tapi seketika aku ditampar oleh kenyataan. Oleh hati yang tak
nyaman. Menggundah karena aku terlalu jauh melangkah. Dan kau selalu saja yang
pertama terlintas dibenakku. Tentang cinta yang sekuat tenaga ku kayuh agar
tetap utuh. Meski sakit didadaku ini, karena menunggu. Menunggu begitu sabar
bayang-banyang dirimu yang bahkan mungkin tak akan pernah jadi milikku.
Tapi kau begitu syahdu terdengar. Meski aku tenggelam bersama dosa.
Meski setiap bibir berbicara lirih untuk telingaku. Menyayat hati dengan
berkata akan lakuku yang mereka anggap bodoh. Tapi aku masih disini untukmu.
Aku tak anggap ini sebagai sakit. Aku tak pernah artikan getaran dihati ini
sebagai luka.
Karena aku mencinta dan siap terluka. Meski kau memandangku sebelah
mata. Atau menganggap aku tak ada. Tak masalah. Karena yang meraka bilang luka
malah menjadi candu yang sebenarnya. Candu yang berulang kali kembali kepadamu.
Cinta yang semakin kukuh bahwa Tuhan telah menakdirkan engkau untukku.
Dan ia tak rela aku berkhianat. Kepada yang tak seharusnya. Tuhan
masih sayang padaku. Dengan mengrimmu tepat mengisi seluruh rongga hati. Meski
aku harus berjuang untuk tetap menyayangi. Karena berulang kali aku merasa
lelah. Merasa pupus mencinta. Lalu seketika mengggila.
Maafkan aku yang mendua tak seharusnya. Maafkan aku yang berusaha
lari menyebrang arus. Dan maafkan aku yang telah mencoba menyelimuti kelabu di
setiap ingatanku akanmu. Maafkan. Aku akan disini berdiri untukmu. Kambali
menjadi aku yang setulus dulu. Karena kau rumah untukku. Karena kau kunci
hatiku.
Kunci yang hanya engkau saja yang dapat membuka. Membuka rahasia
yang terdapat didalamnya. Didalam diri yang telah sekian lama mencinta. Dan
jelas kau hanya akan melihat cinta. Cinta. Meski beberapa berkarat karena
terlalu lama. Dan membusuk karena dusta. Tapi ini cintaku. Cinta yang menumpuk
untuk segera kau tahu.
0 comments:
Post a Comment