Aku yang datang mendamba sebuah kehangatan ditengah malam. Hadir
menyapa dengan senyum yang tak biasa. Gemetar. Kepadamu yang tertawa bersama.
Mereka yang meski juga hidup dalam gelap mampu menjadi cahaya diantara sesama.
Lahir gairah tuk lebih bersama. Entah bagaimana aku jadi terpikat untuk jatuh
kedalam rasa. Akan kah ini kebebasan itu?
Kebebasan yang aku cari tapi tak juga ditemui. Kebebasan yang tak
pahami artinya. Hanya ingin bebas. Karena lelah telah begitu lama menghinggapi.
Hingga karat hati membendung diri. Tak usah tanya karena siapa ini terjadi. Telah
lama aku goreskan dalam balutan diksi. Tapi aku disini. Untuk melupakan sejenak
luka pada diri. Setidaknya bersama masa yang menguap dengan canda.
Bersamanya yang benar menjadi sebuah tawa besar. Bersamanya yang
jadi senyaman ini. Tapi... Mendadak kurasa berbeda. Ini terlalu dekat menjadi
begitu janggal. Justru menyakitkan. Mengapa? Semakin dekat langkah mereka hanya
membuatku gelisah. Menjadi tak betah. Aku meronta ingin mengurai setiap rasa
yang ada. Setiap untaian kebebasan yang kucari malah jadi seperti ini. Tapi aku
juga tak ingin mereka terlalu jauh dari pandang ku. Menghilang.
Ya bagaikan landak. Semakin mendekat semakin menyakiti. Hanya dapat
merintih dengan air mata yang tertahan. Karena mandekatpun tak bisa. Merasa pun
tak sanggup sepenuh jiwa. Lalu aku? Bagaimana? Aku masih ingin merasa bersama
mereka. Tapi tak sedekat ini. Atau jadi terlalu renggang. Karena sakitnya kau
juga yang merasa. Karena aku tak dapat sanggup lagi berpura bahwa aku berbeda.
Tapi mengertilah bahwa aku hanya ingin menjaga sejumput rahasia.
Entah apa. Hanya ingin membaginya separuh saja kepadamu. Dan aku akan coba
pahami diri yang tak biasa ini. Diri yang tak pernah benar – benar merasa
nyaman dengan sesama. Duri dalam kesendirian.
0 comments:
Post a Comment