Surat Kasih Sayang 2015

by 10:46 0 comments
Pontianak, 13 Februari 2015

Menjumpai Bunda
di ujung fajar

Assalamuallaikum...
Apa kabar Bunda? Devdan harap Bunda selalu sekokoh biasanya, meski kerap kali penat menyinggahi tubuh Bunda yang mulai renta. Apakah Bunda masih sering menggerutu seperti biasanya? Yaa... Bunda memang selalu seperti itu, sekejap membelai namun dengan cepat berubah menjadi sosok yang tak lagi dikenali. Bunda betapa lancangnya Dev ini, belum-belum sudah mengencangkan amarah Bunda dengan tidak sopan berbicara seenaknya. Bunda tentu belum mengetahui siapa sosok yang mengirimi bunda aksara pagi ini. Karena apalah Dev ini Bunda, hanya pecahan jiwa yang terserak dari seonggok daging yang Bunda pelihara. Tumbuh lalu berkembang dan Bunda dengan terengah nafas menamainya Indra. Yaa putra Bunda yang hingga kini masih apik menyimpan lara dihati Bunda.
Namun yang kini menyapa Bunda sama sekali bukan Indra, melainkan sisi yang tidak pernah Bunda ketahui. Dev terlahir dari ketidak berdayaan putra Bunda, Indra. Sepanjang hidup, Indra bagai membawa kontak milik pandora yang membukanya hanya akan menebar bencana. Indra terus saja diam Bunda, dengan segala kebingungannya akan tingkah Bunda yang tak dapat dipahami. Karena salah-salah Bunda dengan mudah dapat meronai pipi sisi kiri Indra. Indra pernah berkata pada Dev. Bahwa bahasa seakan tak ada dalam rumah itu. Karena satu-satunya yang berhak atas segala hal adalah Bunda. Mengapa Bunda? Apa bunda mengenal siapa Indra? Selain sebagai putra yang mungkin tidak pernah Bunda sadari keberadaanya. Tenggelam bersama jingga dan menyudut bersama malam.
Bunda, Dev pertama menjumpai Indra dalam keadaan lusuh penuh luka. Menyudut di koridor lembab berbau amis yang pekat, keempat pergelangannya terkunci oleh karat. Matanya Bunda, mata yang seharusnya berbinar penuh harap itu kosong redup bahkan tak ada sayup-sayup. Bibirnya gemetar seakan ingin mengutarakan namun tak sanggup, Dev mendekat melekati tubuh Indra. Dan Indra melihat tajam kearah Dev lalu dengan diam Indra memeluk Dev begitu erat. Sesak namun Dev memahami betapa bekunya hati Indra tanpa cinta. Yang ada hanya kebencian terhadap Bunda yang tak pernah sanggup meluap. Dev berjanji Bunda, berjanji akan menjadi bibir dan lidah untuk bersuara akan rasa sakit milik Indra. Setidaknya Indra memiliki Dev untuk berbagi derita.
Bunda. Apakah Bunda masih dapat dengan fasih menyebut berapa banyak teman yang Indra bawa pulang selepas sekolah untuk Indra perkenalkan kepada Bunda secara langsung? Maka Bunda pasti akan menjawab hampir tidak pernah kan. Karena jika pun ada, teman itu bagaikan penguntit kecil. Mengikuti Indra pulang dan dengan ramah menyapa Bunda dirumah atau hanya menunggu saja didepan pintu untuk menjemput Indra beberapa saat. Karena Indra begitu takut Bunda akan menghujani pertanyaan, seperti yang Bunda lakukan terhadap Indra tanpa mengetahui alasan dari sebuah tindakan kepada yang datang. Indra juga berusaha melindungi Bunda dari sikap Bunda yang sering senaknya atau tempramen Bunda yang kerap naik turun tak menentu. Indra tak ingin Bunda dicemooh dan diperbincangkan.
Hari itu di tanggal yang luput dari ingatan. Bunda dengan lembut berbicara dari kejauhan menyapa dan menanyai kabar Indra. Tak biasanya Bunda sehangat ini, namun Indra mengabaikan segalanya lalu menimpali pertanyaan Bunda dengan jawaban senada. Perlahan Bunda meminta kalimat yang sempat tertunda dari bibir Indra. Karena Bunda mungkin akan marah dan Indra mengutarakannya, tentang kecintaannya pada ilmu. Ya.. Bunda bagai orang yang paling bijak mengusai hati mengangkat Indra dengan pepatah yang layak dibekali lalu memutus komunikasi. Tak berapa lama Bunda kembali kini mungkin dengan wajah merah padam yang terlukis dari suara Bunda di kejauhan, mencaci maki melempar mimpi seakan tak berarti lalu meludahi. Indra terdiam karena sadar bersuara pun percuma. Dev ada disana Bunda, ikut membasahi pipi mendengar Bunda berkata dan menghapusnya dari wajah Indra.
Indra tak lagi bergeming semenjak itu, sapaan ataupun tawa yang terlontar kepada Bunda hanya kepalsuan. Didalam hati Indra, Bunda adalah sosok yang meminta Indra hidup tanpa harapan untuk hidup. Selepas kembalinya Indra kekota ini, Indra berjuang untuk diakui. Bersuara berulang kali membujuk hati Bunda agar mau mengerti. Dan kembali disakiti oleh ulasan pedas Bunda yang menghakimi. Tentu Bunda tak akan sanggup ingat, karena dalam penilaian Bunda ini adalah cara menjadi dewasa namun membunuh seketika.
25 Maret 2014, diatas ranjang kamar yang pintunya terbuka Bunda menatap Indra yang tengah memandangi layar beku seusai Bunda melimpahkan amarah. Lalu dengan apik sekali lagi menghina akan apa yang tidak Bunda mengerti. Namun saat itu bukan Indra yang merajai raga, adalah Dev yang tengah melukiskan kesakitan akan apa yang baru Indra rasa dalam sebait kalimat. Dev telan getir ucapan Bunda itu sendiri, karena disana ada orang-orang yang dengan lapang menerima Indra sebagai Dev lebih dari Bunda. Berjumpa dengan teman-teman yang tidak pernah Dev ataupun Indra ceritakan. Sepetak langkah memudarkan perih yang dirasa seusai dirajam luka. Atau melenggang keluar karena rumah menjadi begitu bising dengan auman emosi Bunda yang kerap membabi buta entah dengan tema apa. Lalu kembali seperti senja diperaduan.
Dari segala perasaan kosong yang dilingkupi oleh kelabu, maka entah kapan gelap akan tersingkir hanya tinggal masalah waktu. Indra yang mungkin kini sedang sendu meratapi perilaku Bunda yang seperti ini dan itu. Namun apakah Bunda tahu? Terselip cinta akan Bunda yang tak sanggup diraba yang mungkin mata pun akan menjadi buta. Bunda ada doa untuk bunda disepertiga malamnya. Bunda, Dev meyakini setiap kali Indra melihat kotak pandora yang selalu Indra bawa masih ada harapan yang tertinggal. Masih ada harapan mimpi Indra akan menjadi mimpi Bunda pula. Indra pun masih memperjuangkan mimpi yang Bunda harapkan untuk Indra meski itu terlalu tinggi. Meski berulang kali Bunda secara sengaja membuatnya tersungkur namun Indra berusaha bangkit untuk menjejali hati Bunda dengan perasaan bangga. Karena bagaimanapun disangkal Indra adalah putra Bunda terikat oleh garis keturunan. Bunda bantu Indra, Bunda bantu Indra memperbaiki retakan didada Bunda. Bantu Dev melepas rantai yang memasung jiwa Indra. Bunda dikala raga itu mulai tak sanggup lagi menopang Bunda, Indra masih berusaha menabur cita dengan cara yang mungkin tak Bunda sangka. Bunda tak lagi banyak kata yang sanggup Dev curahkan kepada bunda. Dev berharap tak akan ada terjengan Bunda seusai sapaan Dev yang mendadak. Dev menyayangi Indra Bunda, Dev hanya ingin bunda mengerti bahwa Indra hanya berharap tuk jadi bebas namun bukan tak terkendali. Terimakasih Dev dari Indra untuk Bunda dalam secuil asa.
Wasalamuallaikum wr.wb

 Yang Selalu Menyayangi       


Devdan Dewa               


Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment