Jika
ada pepatah yang mengatakan mata adalah jendela dunia, terdiri dari jutaan
monocrome ingatan yang terekam lewat gerbang kehidupan. Bagaimana jika
satu-satunya cahaya yang terlihat hanyalah seberkas bayang gelap ? Hanya mata
kah yang bisa wujudkan rasa akan apa yang tak dapat diraba ? Tak bisakah dengan
hati saja kita memilih ? bukankah tak semua yang terlihat menarik bagi kita itu
baik ? Entahlah setumpuk pertanyaan terlintas begitu saja diotakku bagai
sesuatu yang meminta untuk dikuak. Bahkan aku sendiri tidak tahu harus menjawab
apa kepada jiwa yang haus.
Ketika
pencarianku akan jawaban dimulai atas apa yang tidak aku ketahui, kenyataanlah
yang pada akhirnya menyadarkanku. Bahwa dunia yang terlihat kini hanyalah
bagaikan pantulan cermin terbalik semua hanyalah semu, bahkan kebohongan
terdengar seperti alunan irama yang merdu. Entah kusadari betapa bodohnya aku
selama ini, hidup diantara kebohongan demi kebohongan yang selama ini aku
yakini. Kekecewaanku semakin menjadi ketika kudapati bahwa orang yang
seharusnya menjadi contoh dan teladan bagiku ternyata adalah pelaku didalamnya.
Habis
daya aku berfikir, entah dengan bagaimana lagi aku menjalani hidup didunia yang
tidak dapatku mengerti. Hanya deret tumpuk buku yang sanggup temani aku
menjalani dunia ini, hanya ia yang aku rasa cukup jujur berkata. Kini aku harus
berjuang hidup ditengah dunia yang serba asing, dimana topeng adalah identitas
diri. Namun disaat semua begitu bangga akan topeng yang mereka ciptakan aku
hanya berjalan seperti layaknya aku tanpa beban yang harus aku pikul ketika
topeng mulai terbuka, walau dunia melebeliku aneh ...
izin untuk reshare
ReplyDeleteSilahkan :-)
ReplyDelete