Ku Harap Ini Tak Terlambat

by 18:00 0 comments
Madu itu begitu manis aku rasakan diwaktu itu, tiada hal lain yang dapat secara nyata aku lukiskan. Seakan bahagia menyertai derap langkah kaki menuju keabadian yang haqiqi. Cinta ini adalah gambaran dari keceriaan akan senyuman yang mengembang serta harapan masa depan. Tiada cacat, tiada luka, dan tiada haru yang cukup kuat merengguh manisnya masa ini.


Namun waktu kini yang sanggup membuat madu menjadi semangkuk nila yang tak terbantahkan, merampas keserakahan yang menjadi. Membuat apa yang dulu aku sebut kebahagiaan menjadi kesedihan yang teramat dalam, menjadikan sebuah rekam kenyataan bagai sebungkus memoriam yang hanya layak dikenang.

Dalam duka bermandikan tetes air mata, aku terdiam mengenang. Amarah dan penyesalan kini kurasakan, namun diri masih begitu egois untuk akui sebuah dosa. Diam ini hanya membuat luka bagai tersiram cuka, dengan keangkuhanku kutuduhkan semua pada Tuhan. Seakan inilah sebaik-baiknya cara menutupi aib yang melekat.

Aku memasuki sebuah labirin tak berujung dimana aku hanya akan tersesat didalamnya. Tengadah tangan bersumpal sebait doa kupanjatkan kepada Tuhan dengan rasa malu yang menyesaki segenap rongga dada. Tangis tak terbantahkan ketika setiap denyut nadi pun ikut bertasbih menyuarakan namanNya. Yaa Tuhan aku sungguh iba akan diriku yang hanya sanggup kembali disaat yang sangat hina ini, yang hanya mengemis, meminta disaat aku tak memiliki. Yaa Tuhan  maafkan aku yang hanya sanggup menatap kelam dalam gelap, maafkan aku yang begitu silau akan cahaya sehingga tak melihat kemuliaan.


Dalam sujud kudengar bisik berdesir, “Telah jatuh tempo”, “Telah jatuh tempo”. Seiring nafas yang semakin berat  kuhembus menyebut asma-asma Tuhan, kini kurelakan kedua malaikat membawaku pergi dengan senyuman.



Devdan Dewa Risky.


Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment