Apa
yang aku inginkan saat ini adalah mati! Agar aku bisa bemberatkanmu pada
pengadilan terakhir, agar aku bisa membalaskan dendam kepadamu. Bunuh saja aku
semudah kau membunuh setiap mimpi-mimpiku, menghancurkannya semudah setiap kata
yang keluar dari mulutmu. Kau berusaha meneriaki dunia dan bertanya apa dosamu?
Sayang, hingga belatung memenuhi jasad dan bumi meleburkan tubuhmu bersamanya
kembali, kau tak akan pernah menyadarinya selama ego adalah identitas diri.
Tak
ada guna aku hidup jika hanya terus menghitung dosa atas kebencian yang kau
tanamkan kepadaku, menempatkanku pada keadaan tak berdaya. Kau berusaha jadikan
kata balas budi sebagai alibi, kau tempatkan darahmu sebagai tanda hubungan
abadi dan menodai cinta yang hakiki.
Hanya
bulir-bulir kesalahan yang begitu nyata dan terekam lewat ingatanmu, akan aku
yang tak sempurna kau jadikan boneka. Kau yang hanya melihat gelap tanpa pernah
menengadahkan kepala untuk melihat cahaya tidak akan pernah menyadari harta
karun yang lebih besar daripada kecacatan yang coba kau sempurnakan dariku.
Aku
yang selalu menjadi tempat kembali untuk membuat sebaya ku merasa lebih baik,
bahkan tidak sanggup membuat hidupnya lebih baik. Hanya membiarkan dirinya
terbelenggu bersama ambisi gila seorang wanita yang aku sebut Ibu . . .
Devdan Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment