Apa
yang membuatnya layak disebut Ibu? Dia yang tak lebih dari iblis berwujud
manusia tak layak disebut Ibu. Tak ada surga ditelapak kakinya, tak seperti apa
yang ditulis Tuhan dalam kitabnya yang coba menyanjung namanya. Jelas dia bukan
jalanku mencapai surga, tapi dia yang pada akhirnya akan mendorongku ke neraka.
Dia
tak pernah sedikitpun biarkan luka hati terobati, terus mencoba menebar benci.
Luka ini tak pernah kunjung pulih, hanya nanah dan belatung temani pedih.
Tangis sudah tak lagi berarti untuk jiwa yang telah lama mati, cuma raga
terkatung mencoba berdiri menanti.
Menanti
seberkas cahaya gelap yang tak pasti, karena memang percuma saja menanti. Aku
sudah tak lagi berarti, bagai sampah yang tinggal dijemput mati. Percuma saja
menjerit karena suara tak lagi dapat didengar, dan aku telah lelah mencoba.
Mungkin
kini telah tiba masaku mengantarkan diri, jika Tuhan tak mau jemput aku
kembali. Hidup tak lagi berarti jika hanya tinggal menanti ajal, yang juga tak
kunjung pasti.
Devdan Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment