Dad don't Death

by 08:05 2 comments

Pagi ini, kulihat tubuh terbujur kaku diatas dinginnya papan. Cukup berselimut lelah dan penat menjadi alas kepalanya. Kutatap dalam raut wajah yang penuh letih itu. Kudekati sebisa ku, kuraba tubuhnya dengan jariku. Tak sadar tangis jatuh dari sudut dalam mataku menumpahkan setuja haru.

Entah hingga kapan beban itu akan ia pikul demi aku. Entah seberapa lama lagi senyum itu berusaha menipu aku. Aku tahu betapa besar tanggung jawabmu. Aku tahu meski tawa berusaha  kau lengkungkan dari bibirmu. Tapi wajahmu tak akan sanggup singkirkan kegundahan dihatimu. Tentang aku yang tak juga membuatmu bangga. Atau aku yang belum bisa sekedar menjadikanmu bahagia.

Maafkan aku yang kerap saja menghembuskan kepedihan dihatimu. Maafkan aku yang hanya bisa membuatmu memalsukan impian. Menghelus dada dihelaan nafas yang tersendat. Andai aku bisa! Andai kutahu caranya? Aku ingin memperbaiki gemerak yang kau tahan. Tentang amarah meradang dijantungmu yang sengaja kau redam.

Ku gerakan tubuh berbau keringat itu. Tak seberapa lama, kulihat tatapan sayu terpancar dimatanya yang berbalut tanya. Tubuh hangatnya seketika memeluku dengan diam. Dalam hati ku berkata, kali ini aku masih bisa memintamu untuk bangun. Memintamu untuk berbagi keceriaan bersamaku. Namun entah kapan tubuh itu akan benar-benar dingin terbujur kaku. Meski tangis jatuh dimukamu, meski aku memohon memintamu untuk bangun. Jangan pergi, Ayah.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

2 comments: