Penilaian
terhadap diri selalu aku anggap sebagai tolak ukur. Dari apa yang telah kita
lakukan. Mengoreksi diri dan menjadi lebih baik. Namun terkadang objektifitas
pribadi selalu mengambil alih ketika kita hendak menilai sendiri. Karena itu
aku selalu memita pendapat orang lain. Terutama wanita. Karena mereka selalu
berusaha jujur – walau terkadang menyakitkan. Dan hal positive dari mereka
hendaknya tidak lantas membuatku angkuh kan. Aku selalu berusaha merendahkan
hati dari pandangan yang seringkali banyak orang, salah menilai. Tapi ini aku
dimata mereka.
Devdan
itu orangnya baik, tapi kadang Devdan itu ngeselin. Cepet marah, cepet
tersinggung, nyeplos pula kalau ngomong. Tapi Devdan itu baik, baik gak pernah
biarin temennya susah.
Pertama
liat Devdan itu, orangnya aneh hehehehe. Tapi setelah lama kenal dan satu ruang
lingkup, kita sering sama-sama dan mengenal lebih. Ternyata biasa aja sih, sama
kayak kita. Tapi setelah mengenal sifatnya aku ngerasa aneh, kenapa ada orang
seperti itu. Ngeyel pula !!
Devdan
itu orangnya... ehm termasuk kategori orang yang baik. Punya rasa solidaritas
yang tinggi, tapi sama temen-temen ceweknya (devdan, ya iya lah secara aku
idola wanita. wkwkwk). Enak diajak curhat dan bisa menjadi pendengar yang baik.
Solusinya juga ok J,
cuma terkadang solusinya tetep aja gak ada jalan keluar hahahaha.
Satu
sisi yang bikin aku gak nyaman deket sama Devdan. Disaat dia marah, (gak bisa
diapa-apain). Kalau ibarat aki sih ya, mending di diemin aja. Gokil juga deh
kamu.. Ahh banyaklah gak bisa disebutin satu-satu
Jika
ada yang bisa ku lukiskan tuk wakili wujudmu. Maka yang ku gambar adalah
mutiara berdebu. Nampaknya usang, ya memang usang. Namun pabila debu tersapu,
kau tampak berkilau. Begitu indah.
Jika
ada yang dapat ku ucap untuk wakili dirimu, maka aku memilih “pena”. Dimana
setiap tetes tintanya menorehkan cerita. Meski kadangkala tersendat, namun
tetap berusaha menari-nari diatas tabula.
Devdan
Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment