Mereda

by 06:00 0 comments
Ia memang tak izinkan ku mati saat ini, tapi ia biarkan bekas luka terpampang jelas. Agar aku dapat mengingat, disetiap goresannya dan disetiap sayatan. Terlihat aku yang berusaha mempermainkan kematian. Melecahkan Tuhan, jawabku. Mungkin hasrat ini mereda sejenak, dan perih ini sedikit memudar.

Tapi aku tak tahu akan sampai kapan? Hingga aku kembali menggila, meronta meminta ajal. Sama seperti mereka, aku juga ingin bahagia. Tapi kau tak bisa melihatnya dengan kasat mata. Karena bahagiaku terselip lewat darah, lewat nanah.

Aku bagai berjalan mundur tanpa melihat kebelakang.  Hanya sanggup meraba apa yang ada didepan. Dan menerka, akan sesuatu yang tidak aku ketahui. Yang terus saja terbelenggu, dengan dengan deret kelabu masa lalu.

Aku takut berjalan lurus! Takut mentari menyilaukan mataku dan angin menggoyahkan langkahku. Aku takut berjalan tegak! Takut deret bibir itu menghujaatku, takut aku jadi lekas angkuh.




Devdan Dewa Risky.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment