Kini
aku tak lebih dari seekor anjing sekarat ditepi jalan. Tak ada seorang pun yang
iba, terlebih mengangkat aku dari ketidak berdayaan ini. Tinggal menanti mati,
dan aku hanya tinggal menggali sendiri. Karena tak akan ada yang peduli.
Harapan
tak mungkin dapat lagi ku rajut, dengan sisa keringat di dada. Lelah. Sungguh
tiada artinya lagi. Menyisakan degup jantung yang tersengal memompa. Aku hanya
sanggup berjalan sempoyongan. Penuh darah, penuh luka.
Air
mata tak lagi berasa asin, kini jadi berbau amis. Dan pelangi tak lagi
memantulkan warna setelah hujan. Tetap kelabu mewarnai, karena ini tak akan
pernah berakhir. Rintihan-rintihan kecil terdengar dari bibir yang tersumpal
gemetar.
Perih
dirasa, tapi takut bersuara. Sesal tak dapat terbayang, akan dosa yang mana?
Aku hanya tumbal yang tak bersalah yang harus menanggung derita. Dari sang
penguasa yang entah siapa? Aku hanya menompang lara dari ia yang tak mau menopang.
Terkatung-katung
aku bersama kematian !!
Devdan
Dewa Risky.
0 comments:
Post a Comment