Belati itu meminta darah untuk dipuaskan. Melekat erat ditepian
nadi-nadi yang terdiam tak bersuara. Tapi gemetar, menyimpan sejuta enggan. Aku
melihat ronanya diwajahmu. Mengapa kau harus takut? Kau hanya akan mati. Diam
dan coba nikmati, tidur abadi.
Lucu melihatmu seperti ini. Dengan gigi gemeretak dan keringat
mengucur deras disekujur tubuhmu. Bagai lawakan murahan kau coba hibur aku
dengan cara begini. Tak usah kau belalakkan matamu memohon. Mengemis. Aku tidak
ingin membunuhmu. Tenanglah. Hanya ingin mempercepat jalanmu menuju neraka.
Lihatlah! Bagaimana aku mengoyak kerongkonganmu. Mengeluarkan suara
dari asalnya. Teriaklah! Berteriaklah lebih keras. Karena itu terdengar seperti
bahagia ditelingaku. Oh tidak! Darahmu! Mengalir begitu deras membuat aku
seakan bisa membasuh wajahku dengannya. Menghilangkan keraguan tindakku.
Izinkan aku melihat detak jantungmu. Mematahkan setiap rusukmu.
Pasti begitu nikmat rasanya ketika kuhentikan detaknya dengan tanganku. Nafsu
mengalir disekujur tubuhku menggeliat mencandu.
0 comments:
Post a Comment