Dua Sisi Ku Bicara Ini dan Itu Tentang Tuhan

by 04:41 0 comments
Dengan menulis tak lantas meluruhkan dosamu. Terisak tangis, tak langsung berarti diterimanya doamu. Besumpal kata sesal dimulutmu, bukan isyarat sudah benar taubatmu. Ya aku mengerti, karena itu aku terus saja mencoba. Aku faham betul bahwa dosa akan selalu terukir. Dan setiap kataku bukan bak mantra, yang lantas meluruhkan hatiNya.

Tapi tak lelah kah engkau berusaha? Atas pengakuan yang coba kau pinta. Untuk doa yang selalu saja kau panjat. Aku tak meminta diakui, aku hanya ingin mensucikan diri. Lelah memang dirasa, tapi apa aku harus langsung berhenti berusaha?

Lalu mengapa tak benar saja kau hentikan, toh doamu tak pernah nyuara? Jika ahli agama saja tak punya jaminan bahwa doanya akan selalu didengar. Lantas bijakkah jika aku berhenti dan mengeluh? Jelas tidak.

Tapi kita berada pada raga yang sama. Dimana aku bosan jika hanya menunggu harapan palsu. Bukan harapan palsu, janji Allah itu nyata. Hanya terkadang kau saja yang tak dapat bersabar hati, menunggu Allah mengirimkan cetak biru rencananya.

Lalu tinggalkan saja Tuhanmu itu, ketika kita dapatkan cetak birunya. Hendak lari kemana? Jika bumi dan alam semesta berada ditangannya. Akan sembunyi dimana? Jika matanya tak pernah letih mengawasi kita.

Sial, padahal aku hanya ingin bersenang-senang. Tanpa harus terikat, ini jadi terasa berat. Lantas lantas kau mau apa? Ikhlas kan dirimu, dan setiap langkahmu tak akan serasa terpasung. Lalu syukurilah manis hidupmu.


Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment