Problema selalu sama seperti matahari yang kerap silih berganti.
Terkadang ku rasakan sinarnya begitu tajam menyengat, hingga hangus kulitku.
Namun di lain waktu, ia sedikit meredup. Mengabu-abukan gumpalan putih
dilangit. Dan seketika, menggugurkan tangis ke bumi. Menenggelamkan aku dalam
sepi.
Aku disini berdiri terpapar mentari. Tapi aku tidak sedang menanti
ia pulang kembali, diufuk barat duniawi. Karena meski waktu berotasi. Aku tak
akan pernah bisa berbalik menantang diri. Hanya berlari mencari tempat
bersembunyi. Atau mungkin mencari jalan untuk mati.
Awalnya kukira dunia setelah tenggelamnya mentari. Akan menjadi
kekuatan dari kebebasan yang dinanti. Tapi rembulan hanya semakin
menenggelamkanku pada bumi. Jauh ke dasar! Hingga ku lihat nyala-nyala api
menggeliat. Melumat setiap bagian dari raga yang rapuh. Bernyawa. Menjadikan ku
satu, diantara para budak yang telah habis menyiakan waktu.
0 comments:
Post a Comment