Malu rasanya. Mengakui setiap sujudku bermaksud sesuatu. Malu
rasanya. Setiap tengadah tangan ku hanya sanggup meminta. Tanpa pernah
mensyukuri itu. Dan Tuhan hanya sebagai pelampias nafsu yang tak tersanggupi.
Tanpa pernah sedikit pun berterimakasih atas apa yang telah diberi.
Tangis ini seakan menjadi penuh kepalsuan. Tersendu, terisak
sekejap mata. Hati ini juga tak selangkah dengan raga. Yang masih kerap salah
arah. Dan aku anggap itu biasa. Mana bisa diterima logika. Aku yang mengemis
meminta kepada Tuhan. Tapi justru dengan kesadaranku seakan beradu kasih dengan
Iblis.
Wajar saja Tuhan mengamuk kepadaku, yang telah dianggap
mempermainkan. Bukan maksudku hendak merendahkan. Tapi aku hambamu yang masih
terombang arus, terbawa tanpa tahu arah.
Maafkan aku Ya Allah. Sebelum kata maaf tertahan ditenggorokkan ku.
Terimalah sesalku. Sebelum aku terlambat menyesalinya. Terimalah taubatku. Sebelum
pintu taubat itu terkunci untukku. Walau aku bukan hamba yang sempurna. Walau
aku hamba yang jelas bermandikan dosa. Dan walau aku hanya mendatangkan
amarahmu.
Tapi aku tetap hambamu, yang terang akan kembali padamu. Walau
gelap dan hilang arah. Entah bagaimana. Tapi aku tetap dapat menemukan jalanmu.
Meski terkadang aku berpaling menyesatkan hati kepadamu.
Ajari aku Ya Allah. Agar aku dapat berdiri tegak. Perbaiki aku Ya
Allah! Perbaiki jalanku. Agar aku dapat
berjalan lurus. Tundukkan kepalaku, tundukkan pula hatiku. Yang masih saja
angkuh dengan perilaku. Yang masih saja menahan ego bersujud memintamu.
0 comments:
Post a Comment