Kata orang yang penting itu keahlian. Kata orang kau harus tahu apa
bakatmu, karena itulah jalan hidupmu. Karena kau akan sukses dengan bakat yang
telah dikembangkan. Kata orang kau harus tahu kemana kau melangkah. Jangan
bodoh mengambil keputusan. Lalu bagaimana kalau aku bilang aku tidak punya
keahlian atau bakat seperti kebanyakan orang?
Karena yang aku punya hanya ambisi dan keserakahan. Aku tidak
terlahir dengan bakat alam. Tapi aku berdiri disini karena aku punya ambisi.
Kerongkongan ini tak pernah henti hilang dahaga. Tapi dunia malah membatasi
aku. Memasung setiap langkahku. Dan orang tuaku, melecut aku untuk jadi budak dari
uang. Aku menjerit hingga hilang pekikku, namun rantai ini cukup kuat mengikat.
Aku hanya punya keserakahan, dari deret rak ilmu yang berjajar
menunggu. Tapi aku tidak punya kebebasan – untuk menjadi kekuatan. Akan kah aku
terus terbelenggu kelabu? Aku juga punya tujuan. Aku juga punya bagian dalam
diriku yang meronta, meminta ingin dipuaskan. Menghirup aroma manis disetiap lembaran
buku. Aku tidak ingin selamanya membeku, bersama keangkuhan yang tak ku tahu.
Sekali lagi aku berkata. Aku ingin merasa bebas! Menjadi sama
sepertimu dan mereka. Meski aku berbeda, meski harus ku jalani setiap hariku
dengan wajah lusuh terkena debu. Tapi aku tak takut diadu, membuktikan aku juga
punya sesuatu. Beri aku kesempatan. Maka kau akan menilai aku sebagai maniak
ilmu.
Yang tak akan pernah aku siakan. Sama seperti rotasi waktu yang selalu
ku kejar demi rupiah untuk Ibuku. Aku ingin belajar ini dan itu tapi aku malu
mengakui. Bahwa aku mungkin tak bisa jadi sama seperti kata orang. Yang
bercerita begini dan begitu. Tapi lebih baik begitu! Daripada aku terus mencuri
ilmu, dibalik dinding tinggi pendidikan negeri ini.
0 comments:
Post a Comment