Jantung ini kini benar-benar berhenti berdetak. Tak seperti waktu,
yang terus saja berputar. Menenggelamkan aku dalam abu-abu. Mata sembab ini
telah berhenti meneteskan duka. Hanya tatapan kosong penuh kekecewaan. Aku
bukan hendak meratapi, tapi aku hanya sedang mengasihani diri. Atas cita yang
sedikit lagi dapat ku gapai. Untuk harapan yang telah aku perjuangkan
mati-matian.
Aku jadi merasa ingin melampiaskan ini pada Tuhan, padaNya yang aku
anggap tak adil. Sampai separuh nyawa pun Kau ambil didetik terakhir harapan.
Luka ini semakin merumah, dengan nadi yang kembali bernanah. Tuhan, apa aku
harus terus berjalan? Pada garisan yang kau beri untukku? Yang Kau tahu, aku
tak kan pernah bisa bertahan.
Aku hanya akan terus gagal. Dan kau tahu pintaku sederhana Tuhan. Hanya
ingin merasa bebas dengan ilmu. Hanya ingin mencintainya dengan hati berkarat
milikku. Tapi mengapa Kau seakan membelenggu aku pada kenyataan. Membangunkan
aku dari mimpi dan janji-janji. Tuhan beri aku naskahMu. Naskah yang dapat aku
jalani dengan hatiku. Jika setiap langkahku salah dimataMu.
Tuhan apa Kau sedang mengujiku? Dari tengadah tangan yang hanya
meminta palsu. Dari hati yang berjanji mengabdi semu. Apa kau marah padaku,
Tuhan? Karena aku selalu saja terlihat mempermainkan kuasamu. Tapi mengapa
Tuhan, Kau hukum aku dengan waktu? Yang ku punya tak lagi penuh. Tuhan, sungguh
beri aku lebih dari petunjukmu. Agar aku dapat menggali kembali setiap impian
dan harapan, yang harus ku kubur membusuk itu.
0 comments:
Post a Comment