![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvSX3yPrBO9pT1GwxMBYq4XdfbbHndC4bohQrrqf_6glCjz-p4Z2Tiscf43LCx0H3hzQG1WsWX7Fr0RjG960B9iDLmy-VXFxVNQ2W_HSknzkOFUBQooyvMNzajFtzb0vShOrk2-GIL2Og/s1600/gal590618906.jpg)
Lalu bagaiman jika ada yang bertanya. Siapa Tuhanmu sobat? Bukan.
Tuhan mu bukan yang kau sebut saat ini. Tuhan mu telah bertransformasi menjadi
sesuatu yang akrab denganmu. Sesuatu yang dekat dengan mu. Kau tahu siapa dia.
Ya dia adalah “Uang”. Yang kini engkau sembah selayaknya Tuhan. Yang tanpanya
kau merasa tak bernyawa. Mengapa wajahmu menjadi memerah penuh amarah.
Apakah engkau ingin mengatakan. Bahwa kau bersimbah dibawah sajadah
meminta rizky pada Tuhan-mu. Tapi seberapa sering? Bukankah kau akui Tuhan jika
sudak tak punya uang. Lalu pergi meniggalkan setelah Ia memberikan rizky
kepadamu? Bukankah peluh mu habis demi mengabdi bersama uang? Engkau telah lupa
sobat. Jika kau hendak mengatakan bahwa bekerjamu adalah ibadah. Maka ibadahmu
telah menyimpang dengan niat yang salah.
Memupuk hartamu saat ini. Bisa saja berakibat neraka nanti. Aku
teringat bukankah Iblis itu dapat berubah menjadi apa saja? Demi menggoda
manusia? Lalu bagaimana disetiap lembaran hartamu adalah bisik Iblis yang
tersembunyi. Berdzikirlah sobat. Pada kakikatnya Tuhan tidak melarang umatnya
memupuk harta. Tuhan tidak pula tidak mengizinkanmu menjadi hambanya yang
berada. Namun jika Tuhan merasuk dirimu. Harta hanyalah alat mendekatkan diri
selangkah padanya. Bukan selangkah pada Neraka. Jika Tuhan sudah ada dihatimu.
Kau tak akan lagi mengemis meminta. Karena Tuhan akan welas asih berbagi cintaNya
kepadamu.
0 comments:
Post a Comment