Menikahi Waktu

by 08:49 0 comments
Ini senja yang ke? Ah sudah lama sekali. Hingga aku lupa senja keberapa ini. Karena mentari pun menjadi serupa, tak berbeda. Sembari melangkahi beberapa gumpalan putih yang kausuka ku berjalan membelakangi mega kala itu. Menghirup aroma alam tapi hanya berbau belerang. Bukan aroma tubuhmu diujung hidungku. Aku sadar kau memudar. Berhembus karena apa aku tak tahu tapi ada sisi yang sedang pilu.

Ada kaki yang kini tak lagi berjalan. Berlari. Tapi entah hingga kapan? Hingga nafas terengah kah atau hingga kakimu lelah melangkah? Kau sedang terluka karena nyatanya kita tak bisa mencinta. Kau kira aku tak tahu kau berdusta? Meski kerap kali kau tertawa didepan samudra, tapi tawamu itu penuh dengan tanya. Tanya karena kehampaan diantara kita, meski sedang bercumbu bersama. Meski sesaat dekapmu menghangatkanku tapi beku rasamu tak pernah mencair meski bersama waktu.

Pecuma jika kau harap waktu akan berpihak padamu. Karena nyatanya jika kita dipertemukan dikehidupan yang lain. Kita hanya akan mungkin bersama dalam cinta. Mungkin. Karena jodoh bukan cahaya ditelapak tanganmu. Dan tuhan bukan tempatmu memaki takdir yang kini membendung tangismu. Lalu kau hendak kemana? Kau sejatinya bukan  pengembara kan. Kau hanya mengais asa. Mencari puing demi puing, retakan dari retakan akan kesepian.


Kehampaanmu yang tak akan berujung. Hanya terus berusaha walau kau tahu tak ada. Dan semakin tak kukenal. Bukan aku lelaki yang tak tergoyahkan aku bahkan serapuh ilalang dipadang gersang. Tapi aku senang bisa mencinta meski sedarhana. Bahagia bisa bersama meski dalam duka. Meski aku harus menikahi waktu.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment