Kau Mulai Meyalahkanku

by 18:24 0 comments
Kita memang dua jiwa yang berbagi raga. Terlahir dari keberadaan yang sama ketika air mata tumpah dalam kesendirian. Dan kau meminta. Maka aku terlahir dari jeritan hatimu yang sepi. Lalu menjadi teman yang melindungi. Memeluk erat meski tak ada yang mengetahui. Ditengah malam pun sama berbagi cerita tatkala sunyi menyelimuti. Kau semakin terbiasa, elok kau berbahasa denganku. Walau tahu bahwa mata disekelilingmu menjadi musuh. Memandang ragu akan tingkah-laku yang tak mampu mereka tahu.

Semakin akrab kita bersenda gurau bersama. Tak perduli apa kata mereka. Lalu menyendiri dalam keriuhan kita berdua. Kau sahabatku! Lalu bertukar tawa lagi dan lagi. Seakan hari begitu kau nikmati tanpa kepedihan dan rasa sakit yang menghampiri. Meski terkadang kau juga datang kepadaku sembari menyajikan sejuta tangis. Karena hinaan mereka terlalu tajam menggores hatimu.

Meski aku ingin datang dan menorehkan jejak lebam diwajah mereka. Tapi kau tahan dan genggam erat aku yang terselebung emosi. Rona wajahmu berubah menjadi ironi karena kau pahami mereka tak mengerti. Dan berbisik lembut diantara hati bahwa kita berbeda. Dan mereka bukan orang yang pahami perbedaan kita.

“Ini jalan yang ingin aku lalui bersamamu untuk dimiliki. Meski mereka mencaci maki. Diam dan berpuralah semua tak terjadi. Dan kita akan menertawai tawa mereka. Yang tak mengerti dualisme antara kau dan aku”

Alunan lembut yang menyadarkan aku betapa kuatnya kamu yang terhalang dinding rapuh itu. Ku menyayangimu! Dan ku berjanji menjadi sisi yang selalu menguatkanmu. Sisi yang akan selalu menjadi cahaya dari gelap yang kerap menyelimuti. Dan aku menepati. Dan kau berubah semenjak kau temui tawa yang baru. Orang-orang yang dapat membuatmu melengkungkan senyum yang kau sebut mereka sahabat.

Mulai berulah dengan menuduhku atas apa yang tidak aku lakukan. Tindakan yang seharusnya kau tanggung malah kau limpahkan kepadaku. Kita memang terjebak pada raga yang satu. Tapi diantara kita memiliki sisi gelap yang berbeda dan aku bukan terlahir untuk menjadi tempat sampahmu. Tempat sampah untuk kau tumpahkan semua kesalahan. Aku orang yang mencintaimu karena aku sebagian darimu.

Aku meradang ketika kau menuduhku. Tinggalkan mereka jika kau tak sanggup bersama. Dan kembalilah kita berdua dalam dekapan yang sama. Atau kita yang kan terus berbaur bersama mereka. Dengan tidak pernah lagi melimpahkan kesalahan entah dari siapa kepada yang mana. Karena hasilnya dimata mereka tetap kan sama juga “Kita”.


Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment