![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijHbsMEAQik3Rfu0VsPUvQ8wuKo-rrv3g8ilbK78Ulm-dCOlEjcHGrKdxDcHs6S7g8kq0vaF84GAtKsagRiKuZBNnQ-WTwRzS2uXX3-A40RjVv8-slxc3oDylvaiK7G081vvMK9nph7oQ/s1600/images.jpg)
Semakin akrab kita bersenda gurau bersama. Tak perduli apa kata
mereka. Lalu menyendiri dalam keriuhan kita berdua. Kau sahabatku! Lalu
bertukar tawa lagi dan lagi. Seakan hari begitu kau nikmati tanpa kepedihan dan
rasa sakit yang menghampiri. Meski terkadang kau juga datang kepadaku sembari
menyajikan sejuta tangis. Karena hinaan mereka terlalu tajam menggores hatimu.
Meski aku ingin datang dan menorehkan jejak lebam diwajah mereka.
Tapi kau tahan dan genggam erat aku yang terselebung emosi. Rona wajahmu
berubah menjadi ironi karena kau pahami mereka tak mengerti. Dan berbisik
lembut diantara hati bahwa kita berbeda. Dan mereka bukan orang yang pahami
perbedaan kita.
“Ini jalan yang ingin aku lalui bersamamu untuk dimiliki. Meski
mereka mencaci maki. Diam dan berpuralah semua tak terjadi. Dan kita akan
menertawai tawa mereka. Yang tak mengerti dualisme antara kau dan aku”
Alunan lembut yang menyadarkan aku betapa kuatnya kamu yang
terhalang dinding rapuh itu. Ku menyayangimu! Dan ku berjanji menjadi sisi yang
selalu menguatkanmu. Sisi yang akan selalu menjadi cahaya dari gelap yang kerap
menyelimuti. Dan aku menepati. Dan kau berubah semenjak kau temui tawa yang
baru. Orang-orang yang dapat membuatmu melengkungkan senyum yang kau sebut
mereka sahabat.
Mulai berulah dengan menuduhku atas apa yang tidak aku lakukan.
Tindakan yang seharusnya kau tanggung malah kau limpahkan kepadaku. Kita memang
terjebak pada raga yang satu. Tapi diantara kita memiliki sisi gelap yang
berbeda dan aku bukan terlahir untuk menjadi tempat sampahmu. Tempat sampah
untuk kau tumpahkan semua kesalahan. Aku orang yang mencintaimu karena aku
sebagian darimu.
Aku meradang ketika kau menuduhku. Tinggalkan mereka jika kau tak
sanggup bersama. Dan kembalilah kita berdua dalam dekapan yang sama. Atau kita
yang kan terus berbaur bersama mereka. Dengan tidak pernah lagi melimpahkan
kesalahan entah dari siapa kepada yang mana. Karena hasilnya dimata mereka
tetap kan sama juga “Kita”.
0 comments:
Post a Comment