Hari Ke 1: Hai!

by 20:41 0 comments
Hai apa kabar gadis pembawa harapan?
Sudah lama rasanya aku tidak menyapamu, tidak lagi merasakan degup jantung yang tersaup-saup saat namamu tersebut oleh ingatku. Aku ragu kau merasakannya juga. Karena disana pasti semarang memanjakanmu punuh pesona. Lalu apa aku juga harus selalu berlagak kuat dengan menanyai kabar lelaki itu? Ya bagaimanapun dia adalah lelaki yang sudah kau mantapkan menjadi calon imammu.
Meski menyadari penantian ini berakhir dengan rasa sakit namun aku tidak pernah menyesali. Hallo gadis masa kecilku. Mengapa kau masih enggan membentuk sudut dibibirmu. Berikan saja meski itu palsu, tidak masalah jika kamu harus berpura. Bukankah kita memang tinggal ditempat yang penuh sandiwara?
Nampaknya kamu ragu akan menyakitiku.
Kenapa harus begitu, bukankah aku tersenyum padamu mengatakan aku tidak masalah dengan nyeri ini karena aku yang meminta. Ayolah wanita dewasa yang telah jauh meninggalkan aku dimasa depan. Bukankah seharusnya kamu itu yang jauh lebih kuat ketimbang aku.
Meski kau wanita bukan berarti kau lemah. Meski tak dapat dipungkiri aku lelaki yang rapuh karena cinta. Tapi aku tidak pernah tergoyah. Berlakulah sebagaimana mestinya. Kita ini sama-sama anak manusia, cepat atau lambat dirimu itu yang dulu tersenyum manis dengan simpul romantis akan habis. Karena waktu itu lebih arif, memutar rotasinya tanpa membuatku hendak memuntahkan isinya.
Bagaimana? Apakah kamu sudah mulai terbiasa? Ini cukup sederhanakan untuk kamu yang tidak begitu mengerti bahasa yang ditabur dengan gaya bahasa.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment