Hari Ke 2: Dilema

by 20:43 0 comments

Aku tak punya tempat ...
Ketika jantung ku memompa lebih cepat dan meminta oksigen beredar lebih sering. Aku hanya kalap. Dada menjadi sesak, tak tahu harus kuluapkan kemana. Hanya dapat kutuang lewat narasi yang tak begitu apik. Sederhana. Bahkan kamu bisa bilang ini berantakkan, karena terkadang tak mengindahkan keadah bahasa.
Aku mengedar bersama rintik hujan. Pipiku basah sama seperti bumi yang becek. Hatiku mencinta terbagi menjadi dua serambi. Namun aku selalu terlambat, terlambat menyimpan rasa, terlambat menyadarinya dan terlambat untuk ku ungkap.
Hingga menjadi diam!
Tak terungkap. Aku bukan orang yang baik, jika hendak pergi maka pergi lah. Jika terlalu takut aku terluka aku sudah terluka bahkan sebelum memulai mencinta. Aku mencintai seseorang yang tak lagi dapat mencintai. Hatinya telah tawar bahkan untuk orang yang mencintainya sampai kadar setengah mati, memintaku untuk menunggu sampai jantungku ikut mati rasa agar cinta segera kadaluarsa.
Tapi aku tak bisa. Meski hati tak lagi bernyawa tapi jantungku bersikukuh sekeras baja. Ku letakkan dalam toples kaca, lalu ku serahkan padamu. Meski ku tahu ia akan percah, jantungku tak banyak bicara ketika ku cerabuti belingnya. Diam. Meski ia tertatih ia tetap ingin bertahan.
Sampai kapan?
Cinta tak punya batas waktu. Karena cinta bahkan tak bisa terdefinisi dengan sebuah kesepahaman. Cinta itu kamu juga tahu, lebih rumit ketimbang persamaan kuadrat. Lebih candu dari pada psikotropika yang salah tempat.
Aku tak minta pendaran pelangi. Menjadi hitam dibalik terangmu adalah keabsahan bagiku. Bahkan satuan jarak tak lagi kupersoalkan. Kamu akan jadi milikku. Bersua denganmu, menenun tawa dan tangis dalam satu rupa. Sambut aku dalam keriuhan dunia.

Lewat imajiku semata.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment