Hei, kamu. Apa yang kamu kenakan pada
wajahmu itu? Bukankah itu riasan yang menutupi dirimu. Aku suka dengan
keputusanmu mengenakan hijab, aku suka jika sesekali kamu mengenakan perona
wajah. Tapi aku benci jika kamu terlalu mempolesnya berlebihan. Sebenarnya apa
yang hendak kamu tutupi dari riasanmu itu?
Kamu adalah gadis yang indah tanpa riasan
tanpa sentuhan berlebihan, entah kamu hendak menjadi lebih mempesona demi raja
yang kini mengisi seluruh hatimu dengan cinta dan kepercayaan atau kamu hendak
menutupi sesuatu dari apa yang tidak dapat kamu sembunyikan.
Aku adalah pria yang nyaman dengan itu,
dengan apa adanya kamu secara fisik karena mencintaimu itu sedari awal aku
telah buta. Karenanya tak perlu lagi mata untuk melihat. Sebab sedari awal aku
telah tuli. Tak perlu lagi telinga untuk mendengar merdu suaramu.
Hey, kamu. Apakah kamu nyaman dengan semua
itu? Entah, anggap saja ini hanya prediksiku yang salah. Tapi aku terka ada
lelah disana, ada hal yang terlalu dipaksakan disana. Namun tubuhmu tak
menyadarinya. Kamu itu sahabatku sebelum cinta ini memintamu menjadi jodohku.
Maka tatap lah aku dan biarkan getarnya
bicara padamu tentang hatimu, tentang hatiku. Agar kamu tak pernah meragu atau
merasa sekeras batu.
0 comments:
Post a Comment