Nikmat mana yang hendak kamu dustai.
Apakah ini layak kamu lontarkan pada
gelandangan sepertiku, yang meminta-minta pengakuanmu, yang mengais-ngais dari
rasa sakitku. Aku adalah lelaki yang mencintai seorang gadis, terkutuk sebuah
janji dan terperangkap masa lalu. Apa selayaknya aku mendapat simpati, tatapan
mereka hanya iba, hanya cemooh yang terlontar dalam doa yang menyaru lewat
bahasa yang indah. Sejatinya mereka tertawa, mereka tak pernah benar-benar
perduli akan rasa menyelimuti qalbu. Aku hanya lelaki yang ikut tertawa dari
laku mereka karena sejatinya mereka tak pernah mengerti. Musuhku bukan mereka,
tak perlu perduli atau memperdulikan hanya melepas stamina percuma. Lawanku adalah
diri berperang melawan waktu.
Hingga habis masa batas, sampai lazuardi
menghilang dan mega merah itu nyala berkobar lalu padan. Sedari awal Tuhan telah
menganugrahiku dengan cinta dan iblis mengujiku dengan cinta pula. Atas nama
nafsu kusarukan menjadi cinta, atas nama dosa ku jabarkan seakan kesetiaan. Wujud
dari cinta itu pernah kututupi, kusamarkan hingga tak terlihat. Sesaat hati ini
beku atau malah telah membatu.
Darah mengalir dari seperangakat nadi pun
aku tak tahu, deras menguras namun tak perduli. Hingga kebebasan menyeruak,
iblis terpojok dan jiwa tersadar dari neraka serasa surga. Aku terbelalak
menyadari tapi masih menikmati. Ku angkat lagi hati agar ia dapat dipatrikan
pada posisinya. Terkorban jiwa demi iblis pun tak percuma karena nyatanya cinta
masih memihat, nikmat lama yang Tuhan bagikan masih menyisa, separuh jiwa yang
tersisa kan kumanfaatkan.
Melepas perih, mencabut belati. Aku bebas
memperkaya diri untuk mendidik anak-anak matahari. Sekali lagi kan kuubah cinta
dalam simbol yang berbeda, cinta terhadap sang gadis kini sengaja kukisis,
membersihkan hingga kerak tanpa sisa. Meski lagi, waktu kan menjadi saksi,
menjadi wali, bagaimana aku menjerat jika hingga batas akhir.
Tak masalah selama nafas masih terengah,
oksigen tak kan lepas terhirup. Semakin terjerat, semakin sakit kudapat. Kamu gadis
kan lenyap bersama kebebasan, ketidak adaan masa lalu.
0 comments:
Post a Comment