Meski aku tidak memaksamu mencintai aku. Tapi tingkahku isyaratkan
itu. Terlukakah engkau dengan sikapku itu? Lakuku yang semakin terselubung
takut. Karena kau bisa entah kapan berlalu tinggalkan aku. Meski kau katakan
tidak. Tapi kau membawa cintaku diotakmu. Yang sewaktu-waktu sanggup butakan
hatimu.
Maaf jika aku jadi seegois ini. Maaf karena hanya maaflah yang
sanggup terlontar. Kutahan rasa ini agar meredam. Kuredam agar aku tetap
tenang. Tenang mendengar begitu banyak keceriaan yang tak terlewati bersamaku.
Tapi terucap darimu. Darimu yang membaginya dengan begitu banyak cinta. Justru
terasa duka, kau tahu mengapa?
Ketakutan begitu membayang diriku yang berada dalam kelam. Tak
hanya takut kau pergi menjauh. Aku juga takut menjadi menggila – mulai
menyilangi aturan. Aku takut cinta bertukar menjadi nafsu. Yang tak tahu kemana
akan dituju. Lalu menggelapkan hatiku. Jika terjadi entah bagaimana akan
berakhir? Bahkan kau pun mungkin tak sanggup menarik aku kembali.
Sebaiknya kau pergi, jika ini benar kan terjadi. Karena aku tak
ingin jadi menghakimi. Bahwa ini adalah karenamu aku menyebrangi arus. Bahwa
kau lah penyebab luka tak terobati. Dan aku akan kembali meminta mati. Karena
jelas kau tak akan memilih lelaki menyedihkan ini. Meski iba kau sajikan
padaku. Jelas aku pun tahu diri. Kau tak layak bersama ku yang telah bermandi
noda ini.
*Berulang maaf terlontar hanya agar kau dapat pahami.
0 comments:
Post a Comment