Kau datang dengan belati dibalik senyum itu. Datang hendak menebar
nanah. Jangan kau kira ku tak tahu racun yang sengaja kau tanam didiriku dulu.
Menjalar. Menyisa disetiap nadi-nadi yang mengalir bersama luka. Kini hadirmu
menjadi amarah yang meradang dijantungku.
Kau tak lagi menjelma. Karena kaulah Iblis yang sebenarnya. Yang terus
saja mencoba menebar bencana. Hingga kini! Hingga kini aku telah terbiasa
tanpamu. Aku yang telah mereda, hidup kembali tanpa derita. Tapi kau datang.
Entah dengan maksud apa? Kembali menggoda jiwaku mendekap dalam kelam. Dalam
gelap terpasung tanpa cahaya.
Kau memang Iblis. Dengan rayuan manismu kau coba rangkuh aku. Kau
coba peluk lebih erat. Lebih dalam. Hingga aku jatuh terperosok kedalam
nestapa. Nerakamu sesaat terdengar indah ditelingaku. Mengayuh riuh mengalun
lembut katamu. Sesaat ku terperangah terjebak oleh rayu busukmu. Oleh neraka
yang kau sulap menjadi nirwana.
Tapi tamparan keras kulayangkan pada diriku. Kuguncangkan jiwaku.
Tersadar dari tipu yang sekejap mengaburkan pandanganku. Yang terlena aku
dibuatnya membisu. Bahwa kau hanya ingin aku sebagai alat. Alat yang dapat
diperdaya tapi aku tak bisa. Walau kau coba memperdaya.
Aku tahu bahwa kau belum pernah dapat menemukan sosok yang lebih
baik dari aku. Meski kau telah berdua bersama yang lain. Tapi kau tetap saja
datang merangkuh aku. Dengan segala jurus rahasiamu. Aku tahu bahwa kau tak
pernah akan menemukan cahaya yang lebih terang dariku. Yang sempat mencintaimu
dengan hatiku. Tak akan kau dapat dari cintamu yang baru.
0 comments:
Post a Comment