Merasakan dada berdebar
tak menentu lantas tingkah menjadi gelisah tak karuan. Bagaimana kita menikmati
pemberian terbesar yang diberikan Tuhan untuk kita? Bagaimana kita mencintai
cinta? Bagaimana dengan sakit hati, karena sepertinya rasa sakit karena
mencintai mengiringi puisi para pujangga yang bangga akan cinta.
Apakah cinta memiliki
jenis?
Banyak pertanyaan yang
menyertai tulisan ini. Aku rasa cinta itu sama saja. Cinta sebenarnya tak
terdefinisikan dengan satu kesepahaman. Selalu punya cara tak terduga untuk
datang menuju hati yang senyap. Cinta. Tak mampu tersimbolisasikan dengan satu
tanda. Terkadang cinta juga punya cara yang tak dapat diprediksi menggoncang
hati dengan prahara.
Meski demikian cinta
juga punya bahasa yang indah untuk dimengerti. Pianist hujan mulai bermain
dengan pelan membawakanku concerto milik schubert lagu sedih yang menyamarkan
mata yang basah dibawah deras hujan. Menekan setiap window di pianonya.
Berfikir mengapa bagaimana cinta sebenarnya. Sehingga aku tersadar cara terbaik
untuk mencintai adalah dengan mencintai diam-diam.
Meski mencintai
diam-diam selalu berbanding lurus dengan kemungkinan kekecewaan yang didapat.
Walau kita harus menyiapkan diri mendapat cinta diam-diam pula atau penolakan yang
diam-diam. Tapi rasanya sepadan, karena mencintai diam-diam seperti setan
pengutit kecil mengendap-endap berusaha mencuri peluang untuk luruh. Rasanya
mencintai dengan cara ini sebanding. Kerena tak akan ada yang terluka, tidak
akan ada air mata karena merasa dikecawakan. Atau terkadang akan merasa jenuh
ketika cinta mulai menunjukkan kebosanan.
Mencintai dengan
diam-diam entah sejak kapan menjadi pilihan ketika cupit membrondongku dengan
selusin anak panah. Cupit itu terkadang juga bodoh memanahku dengan cinta tapi
ia lupa memberikan ku penawar ketika terluka. Cupit itu mengesalkan, seenaknya
saja menjadikanku bidikkan dari sasaran empuknya. Cupit itu tolot, karena acap
kali salah sasaran melepaskan panah pada makhluk yang tak semestinya.
Tapi meski ia
membantuku untuk belajar sabar dan memahami tentang cinta, lalu bagaimana bisa
mereka juga tidak mencoba untuk mencintai diam-diam saja. Dari pada harus
berpura-pura mencintai memadu kasih dengan orang lain tapi hati terpaut dengan
batin. Cinta yang tak tersingkronisasi seperti itu yang malah bikin manusia
banyak sakit hati.
Mencintai diam-diam
membuat hati sekuat apa?
Tak ada yang tahu
kuatnya hati hanya kita yang pandai-pandai menerka isi hati, bahwa nanti kita
harus menyiapkan diri dari kemungkinan kehilangan terkasih. Terkadang mencintai
diam-diam membantu menjaga harga diri tak lantas rubuh ketika topan dan tsunami
menghantam.
Karena sebuah hubungan
yang baik-baik saja pada awalnya akan menjadi berubah atmofer ketika cinta
menyuara.Rotasi bumi bisa saja berbalik memuntahkan kata yang tak semestinya. Tatapan
polos anak kecil akan menyertai, takut terulang takdir dimasa depan.
Mencintai dengan cara
ini pecundang pun layak jatuh cinta. Dengan cara ini alfabet tak lagi sendiri,
karena akan ditemani temaram senja melihat dunia diluar sana meski hanya dengan
imaji yang tersaji lewat sekelumit bahasa sederhana. Mencintai diam-diam
pelakunya bukan tak mengerti resiko mencintai, bukan lari dari kenyataan. Tapi
mencintai diam-diam teriring harapan tersemat perasaan yang sanggup membuat
malaikat mematahkan sayapnya.
Langkah memutari
mencari untuk mengetahui bagaimana cara ini menjadi begitu ampuh untuk
dilakukan. Terkadang hati tak sejalan dengan jemari ketika bahasa telah terbawa
keduania berbeda.
Mencintai diam-diam
menjadi syarat yang tak terbantahkan bagi sebagian manusia yang terlanjur jatuh
cinta namun tak memiliki daya untuk menyuarakan. Menimbang dengan sedemikian
agar ikatan tak putus ditengah jalan. Mencintai diam-diam memaksa pelakunya
mengerti bahwa ada cinta yang sebaiknya tetap menjadi rahasia...
0 comments:
Post a Comment