Hari Ke 3: Rahasia

by 11:19 0 comments
Pernahkah kita mencintai?
Merasakan dada berdebar tak menentu lantas tingkah menjadi gelisah tak karuan. Bagaimana kita menikmati pemberian terbesar yang diberikan Tuhan untuk kita? Bagaimana kita mencintai cinta? Bagaimana dengan sakit hati, karena sepertinya rasa sakit karena mencintai mengiringi puisi para pujangga yang bangga akan cinta.
Apakah cinta memiliki jenis?
Banyak pertanyaan yang menyertai tulisan ini. Aku rasa cinta itu sama saja. Cinta sebenarnya tak terdefinisikan dengan satu kesepahaman. Selalu punya cara tak terduga untuk datang menuju hati yang senyap. Cinta. Tak mampu tersimbolisasikan dengan satu tanda. Terkadang cinta juga punya cara yang tak dapat diprediksi menggoncang hati dengan prahara.
Meski demikian cinta juga punya bahasa yang indah untuk dimengerti. Pianist hujan mulai bermain dengan pelan membawakanku concerto milik schubert lagu sedih yang menyamarkan mata yang basah dibawah deras hujan. Menekan setiap window di pianonya. Berfikir mengapa bagaimana cinta sebenarnya. Sehingga aku tersadar cara terbaik untuk mencintai adalah dengan mencintai diam-diam.
Meski mencintai diam-diam selalu berbanding lurus dengan kemungkinan kekecewaan yang didapat. Walau kita harus menyiapkan diri mendapat cinta diam-diam pula atau penolakan yang diam-diam. Tapi rasanya sepadan, karena mencintai diam-diam seperti setan pengutit kecil mengendap-endap berusaha mencuri peluang untuk luruh. Rasanya mencintai dengan cara ini sebanding. Kerena tak akan ada yang terluka, tidak akan ada air mata karena merasa dikecawakan. Atau terkadang akan merasa jenuh ketika cinta mulai menunjukkan kebosanan.
Mencintai dengan diam-diam entah sejak kapan menjadi pilihan ketika cupit membrondongku dengan selusin anak panah. Cupit itu terkadang juga bodoh memanahku dengan cinta tapi ia lupa memberikan ku penawar ketika terluka. Cupit itu mengesalkan, seenaknya saja menjadikanku bidikkan dari sasaran empuknya. Cupit itu tolot, karena acap kali salah sasaran melepaskan panah pada makhluk yang tak semestinya.
Tapi meski ia membantuku untuk belajar sabar dan memahami tentang cinta, lalu bagaimana bisa mereka juga tidak mencoba untuk mencintai diam-diam saja. Dari pada harus berpura-pura mencintai memadu kasih dengan orang lain tapi hati terpaut dengan batin. Cinta yang tak tersingkronisasi seperti itu yang malah bikin manusia banyak sakit hati.
Mencintai diam-diam membuat hati sekuat apa?
Tak ada yang tahu kuatnya hati hanya kita yang pandai-pandai menerka isi hati, bahwa nanti kita harus menyiapkan diri dari kemungkinan kehilangan terkasih. Terkadang mencintai diam-diam membantu menjaga harga diri tak lantas rubuh ketika topan dan tsunami menghantam.
Karena sebuah hubungan yang baik-baik saja pada awalnya akan menjadi berubah atmofer ketika cinta menyuara.Rotasi bumi bisa saja berbalik memuntahkan kata yang tak semestinya. Tatapan polos anak kecil akan menyertai, takut terulang takdir dimasa depan.
Mencintai dengan cara ini pecundang pun layak jatuh cinta. Dengan cara ini alfabet tak lagi sendiri, karena akan ditemani temaram senja melihat dunia diluar sana meski hanya dengan imaji yang tersaji lewat sekelumit bahasa sederhana. Mencintai diam-diam pelakunya bukan tak mengerti resiko mencintai, bukan lari dari kenyataan. Tapi mencintai diam-diam teriring harapan tersemat perasaan yang sanggup membuat malaikat mematahkan sayapnya.
Langkah memutari mencari untuk mengetahui bagaimana cara ini menjadi begitu ampuh untuk dilakukan. Terkadang hati tak sejalan dengan jemari ketika bahasa telah terbawa keduania berbeda.

Mencintai diam-diam menjadi syarat yang tak terbantahkan bagi sebagian manusia yang terlanjur jatuh cinta namun tak memiliki daya untuk menyuarakan. Menimbang dengan sedemikian agar ikatan tak putus ditengah jalan. Mencintai diam-diam memaksa pelakunya mengerti bahwa ada cinta yang sebaiknya tetap menjadi rahasia...

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment