Sedari awal aku sudah salah dalam
mencintaimu, bukan cinta ini yang salah tapi bagaimana aku mencintaimu yang
rasanya kurang tepat. Sejak mula aku mencintaimu bukankah aku terlalu percaya
diri untuk bertahan, terlalu angkuh untuk berdiri sendiri tanpa adanya kamu.
Aku terlalu gegabah dalam merumuskan cinta dengan persamaan kuadrat yang salah
dengan persamaan dan statistika yang berbeda dari kebanyakan orang.
Aku salah memulai cintai ini dengan
sumpah. Sumpah aku hanya mencintai kamu dalam hidupku terlontar semudah
menuangkan segelas air kedalam bejana. Aku memang tak salah memilih cinta tapi
aku terlalu sembrono mengikatnya dengan ikrar para petua. Lalu nyatanya aku
memang hanya mencintai kamu, hidup bersama cinta yang kini hendak mencapai satu
dasawarsa. Begitu panjang jika aku uraikan dalam bentuk bulan, hari atau
terlebih dalam satuan detik tentang berapa lama sumpah itu mengena padaku.
Lalu lidah ini kelu, merasa emosi diatas
dada lantas aku mengutuk. Aku lantas mengutuki diri bahwa aku sanggup mencintai
dengan cara ini. Bahwa ini adalah jalan yang telah dengan sengaja kutoreh untuk
mencintaimu, faktanya aku berulang kali terluka, berulang kali patah hati, juga
pernah merasa dikhianati tapi sumpah aku masih tetap mencintaimu sampai detik
ini.
Ahhh... kukutuki diri karena tidak pernah
berpaling darimu. Bersiap patah hati berkali-kali, tapi bangkit lagi seperti
zombie. Aku hidupi cinta ini dengan rasa sakit, semakin kencang degupnya ku
nilai lebih baik, semakin terluka semakin asyik. Padahal aku ini rapuh terlalu
mencintai dengan hanya menggunakan naluri, sekejap hati menyebut namamu lalu ia
mentrasmisikannya ke otak lalu menterjemahkannya lewat bahasa bahwa ini cinta.
Tapi aku lupa dalam doa. Bagaimana jika
sedari awal aku lebih kuat dalam doa? Apakah cinta juga akan tertoreh didalam
buku takdir kehidupan milikku? Maka akan beda ceritanya jika selalu kusemat
namamu dalam sepertiga malamku, menyanyikanmu lewat shalawat dan dzikir sebelum
tidurmu. Jika demikian maka aku hanya akan menekan tombol deletnya saja,
menghapus sumpah dan kutukan sedari awal.
Seharusnya ini menjadi cinta yang merindu
lewat doa.
Seharusnya ini cinta yang menunggu Tuhan
menyatukannya.
Ini cinta ...
0 comments:
Post a Comment