Tak terasa hari ke-20 berlalu dengan
cepat, meski ada beberapa tulisan yang sengaja ku rapel kan postingannya, namun
aku tak pernah benar-benar menerka bahwa usahaku memaksakan diri ternyata telah
sampai dititik ini. Awalnya aku berfikir aku akan berhenti ditengah jalan,
diam, merasa bosan dan akhirnya aku tinggalkan, biarkan saja terbengkalai. Namun
dengan waktu yang tak terasa tinggal delapan hari lagi, kini aku merasa ingin
terus menulis lebih lama lagi.
28 oktober selalu saja menjadi evaluasi
tahunan yang aku lakukan, meski baru kutuliskan dalam beberapa tahun terakhir,
tak mengapa karena sejatinya cinta itu begitu berkobar di tahun-tahun lalu. Kamu
yang benci hal-hal konyol seperti ini pasti tidak mengerti padahal ini adalah
cara paling ampuh bagiku untuk menguraikan segalanya, bagaimana tidak kerena
dengan menyebut hal tentangmu saja aku gemetar maka tulisan menjadi jalan aku
menguraikannya.
Tuhan memang mentakdirkan kita bertemu
berbagi masa-masa kecil kita bersama, namun sepertinya Ia belum setuju jika
kita berbagi masa-masa tua kita bersama. Sedari awal ketika aku menjatuhkan
hati tanpa syarat padamu maka aku mengkukuhkan diri ingin menjadi imam yang
halal untuk mu. Meski sedari awal ku tahu, bahawa ada hal yang membuatku jauh
tertinggal dari lakumu tapi aku selalu berusaha mengkuhuhkan diri.
Hingga aku benar-benar tak melihatmu lagi
dalam lintasan ku, aku sudah terlalu jauh dari rute hidup yang telah
kupersiapkan matang. Tapi bagaimanapun aku selalu berusaha bahwa bahasa ini
harus dapat tersampaikan padamu, meski harus mengoyak hatimu aku ingin sekali
saja hati mu itu bergetar ada kegoyahan yang luluh pada dirimu itu.
Sampaikan salamku untuk iamam masa depanmu
dari lelaki masa kecil mu.
0 comments:
Post a Comment