Hari Ke 8: Sabtu

by 16:44 0 comments

Jika mencintaimu itu punya dua hari libur sama seperti orang yang bekerja. Maka biarkanlah hati ku ini beristirahat sekejap dari luka. Dari rasa yang ia tahan setiap hari, melupakan bagaimana rasanya jatuh cinta setiap saat dan melenyapkan rasa sakit sejenak. Iya juga mungkin butuh bernafas, jatungku juga hendak berdetak normal dan hatiku ingin merasa perasaan lain.

Gila....
Mengapa memilih untuk jatuh cinta? Jika kamu lelah campakkan saja. Benturkan saja dahimu itu pada bantalan yang keras, biar amnesia. Solusi instan melupakan prahara bagi penggiat yang tak setia.

Jika demikan untuk apa aku jatuh cinta, meminta libur untuk merasakan bahwa hari-hariku memang tak berjalan bahagia. Apa aku hendak juga meratapi, mengapa cinta ditakdirkan Tuhan seperti ini? Maka aku akan berada didestinasi yang membuat iri, memeluk angin menggenggam sepi. Membelalak mata bahwa disetiap sudut kota banyak pemuda-pemudi melancarkan aksi yang bikin iri.

Lalu ketika senin mulai tiba?
Ketika senin merotasi dirinya setiap saat, apakah aku juga akan membenci senin? Jika kamu merasa demikian, maka setiap saat kamu hanya meratapi. Membenci ketetapan Allah karena sejatinya kisah cintaku ini lebih indah dari setiap kata yang telah kurangkai mungkin lebih haru dari dilema yang telah kamu bagi untuk diceritakan. Karena bagaimanapun cintamu adalah ketetapan Tuhan telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz bahkan jauh sebelum kamu dilahirkan.

Maka berhentilah...
Kamu tak perlu hari sabtu, karena sedari awal aku telah berikrar bahwa rasa sakit ini adalah cara terbaik untuk mencintai. Adalah bagian yang sengaja kupilih untuk memiliki, meski pada akhirnya yang mengerti hanya aku dan kamu diriku.

Sedari dulu memang seperti ini, hanya yang mengerti dualisme yang dapat membaca tulisan ini.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment