Aku tidak pernah hendak mengkotakkan ceritaku dalam tanggal bertaut
bulan dan tahun. Mengenang kembali segala rasa yang tercipta. Meski belum
terselip bahagia. Melingkari hari dimana aku mulai belajar mencintai. Kau juga
tahu, ini tak layak untuk aku sombongkan. Lantas menjadi angkuh. Tapi di setiap
detiknya ku hitung, dalam diam. Dalam tanggis yang jua tak dapat kusadari –
keberadaanya.
Kisahku tak pantas dibagi. Dan aku tak ingin berbagi. Hanya membuat
malu, karena aku hanya dapat diam menunggu. Tapi kau tahu. Betapa bodohnya aku
yang hanya dapat merangkulmu dalam balutan diksi – yang sesungguhnya tak dapat
kau mengerti. Kupaksa pahami.
Aku tak mungkin berdiri gagah didepanmu dengan cara ini.
Mengutarakan aku menunggumu membuka hati. Aku tak mungkin berteriak dengan
lantang, bahwa cinta ini sejati. Sejujurnya aku hanya pecundang. Tak akan
pernah sanggup menarik diri untuk akui. Bahwa mungkin kau bukan terlahir
untukku.
Maaf. Bukan aku telah hilang asa, lenyap atas segala daya. Maaf.
Bukan aku tak ingin lagi mencintaimu. Tapi aku hanya sedikit lelah. Menjadi
bayang antara cinta dan kenangan yang kerap membawa pada dilema. Dilema yang
melepas setiap rekatan kalimatku.
Entah apa kau mau membaca? Bulir demi bulir kata yang tercipta
karenamu. Kata yang masih ku coba rajut dengan apik. Setelah lalu kuungkap
rasaku padamu. Hingga kinipun tak berubah. Hingga delapan tahun bersama waktu
menunggu cintamu itu jadi milikku.
*(Happy 8th Aniversary –
satu waktu lagi yang terlewat dengan menunggumu)
0 comments:
Post a Comment