Melekat, Menunggu Bersama Waktu

by 00:00 0 comments
Aku tidak pernah hendak mengkotakkan ceritaku dalam tanggal bertaut bulan dan tahun. Mengenang kembali segala rasa yang tercipta. Meski belum terselip bahagia. Melingkari hari dimana aku mulai belajar mencintai. Kau juga tahu, ini tak layak untuk aku sombongkan. Lantas menjadi angkuh. Tapi di setiap detiknya ku hitung, dalam diam. Dalam tanggis yang jua tak dapat kusadari – keberadaanya.

Kisahku tak pantas dibagi. Dan aku tak ingin berbagi. Hanya membuat malu, karena aku hanya dapat diam menunggu. Tapi kau tahu. Betapa bodohnya aku yang hanya dapat merangkulmu dalam balutan diksi – yang sesungguhnya tak dapat kau mengerti. Kupaksa pahami.


Aku tak mungkin berdiri gagah didepanmu dengan cara ini. Mengutarakan aku menunggumu membuka hati. Aku tak mungkin berteriak dengan lantang, bahwa cinta ini sejati. Sejujurnya aku hanya pecundang. Tak akan pernah sanggup menarik diri untuk akui. Bahwa mungkin kau bukan terlahir untukku.

Maaf. Bukan aku telah hilang asa, lenyap atas segala daya. Maaf. Bukan aku tak ingin lagi mencintaimu. Tapi aku hanya sedikit lelah. Menjadi bayang antara cinta dan kenangan yang kerap membawa pada dilema. Dilema yang melepas setiap rekatan kalimatku.

Entah apa kau mau membaca? Bulir demi bulir kata yang tercipta karenamu. Kata yang masih ku coba rajut dengan apik. Setelah lalu kuungkap rasaku padamu. Hingga kinipun tak berubah. Hingga delapan tahun bersama waktu menunggu cintamu itu jadi milikku.



*(Happy 8th Aniversary  – satu waktu lagi yang terlewat dengan menunggumu)

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment